EFEKTIVITAS KITOSAN
CANGKANG BEKICOT (Achatina fulica)
DALAM MENINGKATKAN KUALITAS AIR SUNGAI KALI PEPE
(UJI KOAGULASI DAN
ALT)
Raditya Arya Putra
Rizky Andar Puntara Siregar
Maulana Wirawan
SMP AL-AZHAR SYIFA
BUDI SOLO
ABSTRAK
Kali Pepe adalah sungai
yang berperan sebagai saksi bisu perubahan Kota Surakarta dari masa ke masa.
Sungai yang melewati jantung kota ini menyimpan sejarah dan cerita rakyat yang
dikenang hingga kini. Oleh karena itu, pemerintah Kota Surakarta mulai tahun
2017 membuat rencana untuk mengubah Kali Pepe menjadi taman wisata. Hal
tersebut memerlukan upaya peningkatan kualitas dari Kali Pepe seperti bebas
sampah, bebas banjir, dan tentu saja peningkatan dari segi kualitas air.
Kitosan adalah salah satu alat penjernih alami untuk air. Dalam penelitian ini,
kitosan dibuat dari limbah cangkang bekicot dengan tahapan deproteinasi,
demineralisasi, dan deasetilasi. Hasil proses koagulasi dari kitosan cangkang
bekicot menunjukkan terjadi peningkatan kejernihan air dari semula air sungai
yang berwarna keruh menjadi jernih. Hasil uji mikrobiologi (Angka Lempeng
Total/ ALT) menunjukkan penurunan jumlah bakteri sebesar 99,25% sehingga
kitosan juga berfungsi sebagai antibakteri.
Kata kunci: Kali Pepe, kitosan, koagulasi, ALT
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Air adalah komponen yang tidak dapat terpisahkan dari
kehidupan manusia. Pentingnya melestarikan sumber daya air untuk kehidupan
perlu dilakukan setiap saat dan sepanjang waktu, salah satunya adalah
pelestarian sungai.
Kali Pepe adalah salah satu sungai yang ada di Kota
Surakarta. Dari sungai tersebut terdapat cerita dan sejarah yang lestari hingga
kini. Kali Pepe diyakini merupakan jalur perdagangan pada masa Majapahit. Oleh
karena itu, pemerintah Kota Surakarta berupaya untuk melestarikan Kali Pepe
dengan cara mengubah sungai bersejarah tersebut menjadi taman wisata.
Salah satu parameter sungai yang baik untuk dijadikan
taman wisata adalah kualitas air sungai tersebut. Dengan kualitas air sungai
yang buruk, tentu saja sungai tidak dapat berfungsi secara optimal. Kali Pepe
yang mengalir di depan Terminal Tirtonadi berwarna keruh sehingga perlu adanya
penanganan dalam hal penjernihan air. Salah satu penjernih air alami yang dapat
digunakan adalah kitosan.
Bekicot (Achatina
fulica) merupakan hama di sawah yang sering dimanfaatkan masyarakat sebagai
bahan ternak. Tidak jarang cangkang bekicot dibuang begitu saja dan dibiarkan
membusuk yang akhirnya akan menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Salah
satu alternatif upaya pemanfaatan limbah cangkang bekicot agar menambah nilai
dan daya guna adalah mengolah limbah cangkang bekicot menjadi produk yang
bernilai ekonomis tinggi yakni kitin dan kitosan.
1.2
Perumusan Masalah
Dari
latar belakang di atas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. bagaimana cara membuat kitosan dari limbah
cangkang bekicot (Achatina fulica)?
2. bagaimana hasil uji koagulasi dan uji Angka
Lempeng Total (ALT) dari kitosan cangkang bekicot (Achatina fulica) terhadap kualitas air Kali Pepe?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. mengetahui cara membuat kitosan dari limbah
cangkang bekicot (Achatina fulica),
2. mengetahui hasil uji koagulasi dan uji Angka
Lempeng Total (ALT) dari kitosan cangkang bekicot (Achatina fulica) terhadap kualitas air Kali Pepe.
1.4
Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah
mengetahui cara membuat kitosan dari limbah cangkang bekicot (Achatina fulica) dan mengetahui hasil
uji koagulasi dan uji Angka Lempeng Total (ALT) sehingga dapat mengatasi
permasalahan pencemaran sungai.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1.
Kali Pepe
Keberadaan Kali Pepe
dipercaya oleh beberapa pelaku sejarah terkait erat dengan terbentuknya Kota
Surakarta. Cerita berawal dari zaman Kerajaan Pajang. Diceritakan Putri Raja
Pajang yang bernama Putri Kedhaton jatuh cinta pada Pangeran Pabelan, putra
dari seorang tumenggung. Namun, cinta mereka tidak direstui oleh Raja Pajang
sehingga Pangeran Pabelan dihukum mati dan tubuhnya dibuang ke sungai
(Fitrianto, 2014).
Kota Surakarta dijuluki
sebagai kota Bengawan (sungai besar), yang berarti kota yang dilalui sungai
besar, yaitu Sungai Bengawan Solo dengan percabangannya Kali Pepe. Kali Pepe
adalah sungai yang membentang di tengah Kota Surakarta yang memiliki nilai sejarah
Kota Surakarta dan menyimpan sejarah terkait dengan berdirinya kawasan Pecinan
di Kelurahan Sudiroprajan (Fitrianto, 2014).
2.2. Kitosan
Kitosan adalah koagulan
alami yang merupakan turunan dari kitin. Berbeda dengan koagulan sintetik,
kitosan bersifat tidak toksik dan mampu menyerap logam berat (Hendrawati, dkk.,
2015).
Cangkang bekicot (Achatina fulica) mengandung kitin
sekitar 70- 80% (Saputra, dkk., 2015). Kekeruhan dapat dihilangkan dengan
menambah koagulan dan flokulan dari cangkang bekicot. Kitosan juga memiliki
gugus amina yang merupakan sisi reaktif yang dapat berikatan dengan dinding
bakteri. Terjadinya proses pengikatan ini disebabkan perbedaan
keelektronegatifan antara kitosan dengan permukaan sel bakteri sehingga kitosan
dapat berperan aktif sebagai antibakteri (Hendrawati, dkk., 2015).
2.3. Bekicot (Achatina fulica)
Bekicot di Indonesia
telah dibudidayakan sebagai sumber protein dan menjadi komoditas ekspor.
Peningkatan perdagangan ini menyebabkan timbulnya limbah cangkang bekicot dalam
jumlah yang cukup besar (Kusumaningsih, dkk., 2004). Salah satu cara menangani
limbah cangkang bekicot adalah dengan membuat kitin dan kitosan sebagai bahan
baku pembuatan bioplastik. Secara taksonomi, bekicot diklasifikasikan sebagai
berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Ordo : Sytromatophora
Familia : Achantinidae
Genus : Achatina
Spesies : Achatina
fulica
BAB
III
METODE
PENELITIAN
3.1.
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan mulai dari bulan Januari 2018 sampai dengan Juni 2018 di SMP
Al-Azhar Syifa Budi Solo, Laboratorium Biologi Fakultas MIPA Universitas
Sebelas Maret Surakarta, dan Laboratorium Farmasi Universitas Setia Budi
Surakarta.
3.2. Alat, Bahan, dan Cara Kerja
Alat dan bahan:
a. Bahan
yang digunakan:
- Cangkang bekicot
- Air Kali Pepe
- NaOH
- Akuades
- HCl
b. Peralatan
yang digunakan:
- Gelas
beker
- Gelas
ukur
- Timbangan
- Batang pengaduk
- Pipet tetes
- Saringan
- Hot plate
- pHmeter
- Magnetic stirrer
- Mikropipet
- Inkubator
- Oven
- Kertas saring
- Corong kaca
- Botol kaca
c. Prosedur pembuatan kitosan:
i.
Deproteinasi
Menyiapkan larutan NaOH (40 gram NaOH dilarutkan ke
dalam 500 ml akuades) kemudian diaduk hingga bening. Sebanyak 85 gram serbuk
cangkang bekicot dimasukkan ke dalam larutan NaOH. Campuran diaduk dan
dipanaskan 65 0C selama 2 jam. Setelah itu didinginkan dan
dipisahkan dari larutannya, dicuci dengan akuades hingga pH netral dan
dikeringkan pada suhu 70-80 0C selama 2 hari. Didapat kitin.
ii.
Demineralisasi
Menyiapkan 200 ml akuades dan menambahkan HCl 20 ml
sedikit demi sedikit dan menambahkan akuades hingga 250 ml. Menambahkan kitin
dari proses deproteinasi sebanyak 20 gram, diaduk pada suhu kamar selama 1 jam
hingga berbusa. Campuran didiamkan hingga mengendap, diambil airnya hingga
tinggal padatan. Padatan dicuci dengan akuades hingga pH netral, kemudian
dikeringkan 70-80 0C selama 24 jam. Didapat kitin kering.
iii.
Deasetilasi
Merebus 10 gram kitin
dengan 50 gram NaOH dalam 100 ml dengan suhu 70-80 0C selama 60-90
menit. Padatan dipisahkan dari cairan kemudian dicuci dengan akuades hingga pH
netral. Padatan dikeringkan dengan suhu 70-80 0C selama 24 jam.
Didapat kitosan.
d. Uji Koagulasi
Uji koagulasi dilakukan dengan cara
melarutkan 10 gram kitosan ke dalam 250 ml air sungai kemudian dibiarkan
mengendap selama 3 x 24 jam. Diambil supernatan kemudian disaring dengan
menggunakan kertas saring. Dibandingkan tingkat kejernihan antara akuades
sebagai kontrol, air sungai, dan air hasil koagulasi kitosan.
3.3.
Metode Penelitian
Kualitatif dan Kuantitatif
3.4.
Teknik Pengumpulan Data
a.
Studi literatur
b.
Uji Laboratorium
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Pembuatan Kitosan
Cangkang bekicot dihaluskan dan diayak hingga mendapatkan tepung
cangkang yang halus. Semakin halus tepung cangkang bekicot maka kitosan yang
didapat juga semakin halus.
Gambar 1. Tepung Cangkang bekicot
Pembuatan kitosan dari cangkang bekicot dilakukan melalui 3 tahap.
Tahap 1. Deproteinasi
Tahap deproteinasi dilakukan dengan menambahkan
NaOH encer. Protein akan larut dengan adanya NaOH. Hasil tahap deproteinasi
adalah sebagai berikut:
Gambar
2. Hasil Deproteinasi
Karakteristik
dari hasil tahap deproteinasi adalah berupa butiran halus seperti pasir dan
berwarna krem.
Tahap 2. Demineralisasi
Pada tahap
demineralisasi, mineral yang terkandung dalam sampel akan bereaksi dengan HCl.
Pada proses pengadukan larutan mengeluarkan busa yang merupakan tanda
terbentuknya gas CO2. Timbulnya gelembung gas CO2
merupakan indikator adanya reaksi HCl dengan garam mineral yang terdapat dalam
cangkang bekicot.
Contoh reaksi
kalsium dalam tahap demineralisasi:
Gambar
3. Hasil Demineralisasi
Karakteristik
dari hasil demineralisasi adalah serbuk kasar berwarna cokelat.
Tahap 3. Deasetilasi
Tahap
deasetilasi adalah proses pengubahan gugus asetil pada kitin menjadi gugus
amina pada kitosan dengan penambahan NaOH konsentrasi tinggi.
Gambar
4. Hasil Deasetilasi
Karakteristik
hasil deasetilasi (kitosan) adalah serbuk halus berwarna krem namun lebih gelap
jika dibandingkan hasil deproteinasi.
4.2.
Uji Koagulasi
Hasil uji koagulasi
sebagai berikut:
Gambar 5. Hasil
Koagulasi sebelum Disaring
Secara fisik dapat
terlihat bahwa air yang telah dicampur dengan kitosan berwarna lebih jernih
daripada air sungai namun masih di bawah kejernihan aquades. Langkah
selanjutnya adalah penyaringan untuk memisahkan antara air dan kitosan. Setelah
dilakukan penyaringan supernatan dengan kitosan menggunakan kertas saring,
didapat hasil sebagai berikut:
Gambar 6. Hasil
Koagulasi setelah Disaring
Secara fisik dapat
terlihat bahwa air bercampur kitosan yang telah disaring lebih jernih daripada
sebelum disaring, tidak berasa, dan tidak berbau. Hal tersebut menunjukkan
bahwa kitosan berfungsi sebagai koagulan dan flokulan. Koagulan berfungsi
mengikat kotoran yang terkandung di dalam air yang dilanjutkan dengan flokulan
yang menjadikan kotoran tersebut menjadi gumpalan yang mempuyai ukuran lebih
besar sehingga akan lebih mudah mengendap.
4.3. Hasil Uji Angka Lempeng Total
Hasil uji laboratorium Angka Lempeng Total (ALT) sebagai berikut:
Tabel 1. Uji Angka Lempeng Total
NO
|
SAMPEL
|
PARAMETER
|
METODE
|
HASIL UJI
|
SATUAN
|
1.
|
Air sungai
|
Angka Lempeng Total
|
Pour Plate
|
1,6 x 104
|
koloni/ ml
|
2.
|
Air sungai + kitosan
|
Angka Lempeng Total
|
Pour Plate
|
1,2 x 102
|
Koloni/ ml
|
Angka Lempeng Total (ALT) menunjukkan terjadi penurunan signifikan pada
jumlah bakteri antara air sungai dengan air sungai yang telah dicampur kitosan.
Pada air Kali Pepe terdapat 16.000 koloni/ml sedangkan pada air sungai yang
telah dicampur dengan kitosan adalah 120 koloni/ml. Hal tersebut menunjukkan
kitosan cangkang bekicot berfungsi sebagai antibakteri. Daya antibakterinya
sebesar 99,25 % didapat dari rumus:
BAB V
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
1.
Pembuatan kitosan dari limbah cangkang bekicot
dilakukan dengan cara deproteinasi, demineralisasi, deasetilasi. Kitosan yang
didapat mempunyai karakteristik serbuk halus berwarna krem.
2.
Hasil uji koagulasi dari air sungai yang telah
dicampur dengan kitosan didapat air yang jernih, tidak berasa, dan tidak
berbau. Hasil uji Angka Lempeng Total (ALT) menunjukkan terjadi penurunan
signifikan pada jumlah bakteri, yakni 16.000 koloni/ ml pada air Kali Pepe dan
120 koloni/ml pada air sungai yang telah dicampur dengan kitosan.
5.2.
Saran
Perlu
penelitian lebih lanjut guna menentukan tingkat koagulasi paling optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Fitrianto,
A. D. (2014). “Penataan Waterfront
Kali Pepe dengan Studi Kasus Kawasan Pecinan Surakarta”. Artikel Publikasi
Hendrawati,
Sumarni, S., Nurhasni (2015).”Penggunaan Kitosan sebagai Koagulan Alami dalam
Perbaikan Kualitas Air Danau”. Jurnal
Kimia Valensi: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Ilmu Kimia. 1, 1, 1 – 11.
Kusumaningsih,
T., Masykur, A., Arief, U. (2004). “Pembuatan Kitosan dari Kitin Cangkang
Bekicot (Achatina fulica)”. Biofarmasi, 2, 2, 64-68.
Saputra,
A., Putra, S., Kundari, N. A. (2015). “Pengaruh pH Limbah dan Perbandingan
Kitosan dengan TSS pada Pengendapan Limbah Cair Biskuit”. Seminar Nasional XI SDM Teknologi Nuklir. 89 – 96.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar